PuisiSastra

Polaris

Aku menjadi puitis bila melihat kalian menangis. Karena ikut merasa sedih hanya menambahkan hati pedih. Menyalahkan keadaan itu hanya mencari alasan.

Biarlah kali ini aku berperan seperti Polaris, menjadi puncak atap yang akan menetap. Menjadi pemandu pulang setelah kalian berlelah-lelah di medan-juang. Setelah sekian waktu aku melangkah bagai bintang siarah, yang selalu langsung berlalu setelah singgah.

Berkemaslah seadanya, lalu bawa pergi semua petuah dan hikmah. Jangan lupa tautkanlah rindu pada masa lalu. Pada simpai-simpai kenangan yang akan membuat jiwa ingin pulang. Jadilah layaknya purnama, selalu menyapa dengan rupa yang sama setelah berubah sekian lama.

Lamandau, 13 Juni 2017

Baca Juga  Surat Cinta Dari Iberia: Kisah Mujahid yang Penuh Emosi dengan Sentuhan Islami

Related Posts

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *